Puisi 1
Kerinduan
Karya: Andrew Dedita
Kerinduan
Karya: Andrew Dedita
Ada kalanya sang fajar berhenti
Menyapa hamparan padi yang selalu rindu akan kehangatannya
Ada kalanya semilir angin berhenti
Menghempaskan dedaunan yang selalu rela berguguran karna terpaannya
Ada kalanya suara air mengalir begitu deraasnya
Namun
Itu semua hanya rintihan duka lara semata
Ada kala air mata hanya menjadi ilusi
Namun sakit menyayat hati
Irisan pisau melukai hati
Akankah rindu ini hanya titipan sang semesta
Atau
Rindu dengan sejuta kebohongan sesaat
Wahai alam
Kuatkanlah malamku ini dengan sebuah kerinduan
Bukan dengan kemunafikan seseorang
Melainkan dengan kerinduan pada sang ilahi
Sejak kata kata dari lisan kita
Tidak lagi sanggup berseru
Tentang jiwa yang menderita.
Puisi 2
"Aku"
karya: Andrew Dedita
Aku seorang gembel
Ha... ha..ha..
Aku seorang mafia
Ha... Ha... Ha..
Aku pun juga seorang miskin yang kumuh
Hidup sebatang kara
Tiada seseorang pun yang memperdulikanku
Sejak kata kata dari lisanku tidak lagi sanggup berseru
Tentang jiwa yang menderita.
hanya sebatas ucapan maya
Namun...
Senyuman sang fatarmogana tlah terbit
Semangat dan perjuangan tiada batas
Pergilah engkau wahai samudra
Tuk menemukan jati diri seseorang
Hingga akhir masa
Puisi 3
"Senyuman sang senja"
Karya: Andrew Dedita
Hari demi hari tlah kujalani
Detik demi detik tlah kulewati
Namun
Itu hanya fatamorgana yg fana
Tatkala aku melihat senja
Samar-samar netra menyapa
Jingga sang senja tersenyum mesra
Tiada kata indah kuucapkan
Hanya tetesan air mata tumpah ruah dalam mimpi
Hanya untuk engkau wahai sang senja
Menunggu penantian engkau hanya duka lara
Hanya doa kuhaturkan pada sang ilahi
Agar kelak engkau senantiasa bersamaku hingga akhir hayat